Senin, 19 November 2007

Tanggung Jawab di Hadapan Allah


By Soejono Wijaya


Nats : I Samuel 2:27- 3:21

Klise memang, tapi beberapa waktu yang lalu saya masih mendengar seorang anak kecil berkata kepada papa nya, “Papa, papa, kalau besar nanti aku mau jadi presiden”. Mungkin kata2 yang tidak berarti lagi kita dengar sama seperti kata2 “kalau besar nanti aku mau jadi dokter”.
Tapi tiba2 semuanya ini menjadi suatu tanda seru buat saya, apa posisi saya saat ini ? hei apa pekerjaan kita, dokter kah kita ? pengusaha kah kita ? Apa yang sudah kita kerjakan selama ini ?

Saat Eli dan anak2nya mendapat peringatan dari Allah tentang tata cara dan gaya hidup yang dijalani oleh anak2 Eli, Tuhan tidak satu kali memperingati Eli. Tetapi Ia menyampaikan peringatan itu sampai 2 kali. Pertama melalui seorang abdi Allah yang datang kepada Eli ( I Sam 2:27 ) yang memperingatkan tentang tanggung jawab yang telah diberikan Tuhan kepada Eli dan keluarga untuk jabatan seorang imam yang mempersembahkan korban bakaran. Tetapi anak2 Eli sering sekali mengambil daging persembahan itu untuk diri mereka sendiri (I Sam 2:12-17). Peringatan yang sama bahkan datang dari Samuel muda yang saat itu masih tinggal di bait Allah. Samuel 3 kali mendengar suara Tuhan yang memanggil namaNya, saat Eli menyadari bahwa yang memanggil samuel adalah Allah, ia meminta Samuel mendengarkan Allah. Dan apa yang disampaikan Tuhan kepada Samuel adalah peringatan kedua kepada Eli mengenai tanggung jawab.

Tanggung jawab ? Sering dalam hidup kita ini kita justru bingung, apa tanggung jawab kita kepada Tuhan. Mungkin jawabnya tidak jauh2 dari kasus Eli, yaitu dimana Tuhan menaruh posisi kita disitulah ada tanggung jawab yang harus kita pikul dihadapan Allah. Allah tidak pernah main2 saat Dia menempatkan kita dalam rencanaNya. Ada banyak hal yang harus kita nilai dari diri kita, apakah kita saat ini seperti anak2 Eli, yang hidup mencuri persembahan yang seharusnya bagi Dia ? Sudah kita dalam pekerjaan kita, dalam posisi kita, kita memberikan persembahan yang harum bagi Tuhan. Ataukah kita menjadi seperti anak2 Eli yang mendapat cemooh karena hidup tidak bertanggung jawab bahkan berani2nya mencuri kemuliaan Allah.

Saat saya sadar mengenai Firman ini, saya sadar juga bahwa saya tidak mau menjadi anak2 Eli yang pada akhirnya diambil oleh Tuhan dan diserahkan ke tangan Samuel yang tadinya bukan siapa2 di bait Allah, bukan seorang imam, tapi Tuhan memilih dia untuk menggantikan anak2 Eli yang hidup tidak bertanggung jawab terhadap posisi dan jabatan yang telah Tuhan percayakan kepada mereka.
Tidak peduli siapa kita saat ini, apakah kita dokter, pengusaha atau presiden sekalipun, saat kita tidak pernah memakai tanggung jawab kita secara penuh dihadapan Tuhan untuk memuliakan nama Nya dalam pekerjaan kita sehari2, kita telah mencuri kemuliaanNya.
Sudahkah kita menjadi berkat bagi orang lain ?
Sudahkah pekerjaan2 Allah dinyatakan dalam hidup kita ?
Sudahkah Allah dipermuliakan karena gaya hidup kita sehari2 ?
Sudahkah kita menjadi orang tua yang benar bagi anak2 kita ?
Atau justru sibukkah kita mencuri kemuliaan Dia setiap hari untuk menyenangkan hidup kita ?

Tidak ada komentar: