Rabu, 28 November 2007

4 LANGKAH MENUJU KEMENANGAN


Nats : I Samuel 17: 1-58


by Soejono W

Daud dan Goliath

Siapa yang tidak pernah mendengar cerita terkenal mengenai Daud melawan Goliath di I Samuel 17: 1-58 ini ? Dari mulai sekolah minggu sampai kebaktian di gereja pun, cerita terkenal ini begitu sering dibawakan, bahkan bagi beberapa orang dapat menimbulkan kebosanan.
Bacalah kembali I Samuel 17:1-58, disana saat orang-orang Filistin menurunkan panglima perang mereka yaitu Goliath, yang tingginya lebih dari 3meter. Sungguh2 luar biasa besar dan tinggi. Bagaimana tidak gentar orang-orang Israel saat menghadapi Goliath ini. Alkitab mencatat bahwa Saul dan seluruh pasukannya gentar dan ketakutan menghadapi Goliat ini.
Tapi Daud yang saat itu baru saja pulang dari menggembalakan domba datang menghadapi Goliath hanya dengan membawa batu kali dalam kantung nya dan saat Goliat maju dengan segenap perlengkapan perangnya yang luar biasa, Daud mengumban batu kali tersebut dan mengenai kepala Goliat yang mati terkapar saat itu juga oleh sebuah batu kali yang menancap di kepalanya.

Beberapa hari yang lalu, seorang teman saya menceritakan suatu masalah besar yang dihadapinya, begitu besarnya masalah itu dihadapannya sampai dia merasa gentar, sendirian dan tidak tahu harrus berbuat apa. Seperti tidak ada jalan keluar buat dia. Saat itulah juga saya teringat bagaimana rasanya bangsa Israel yang ketakutan menghadapi Goliat. Dalam kehidupan kita terkadang atau mungkin sering sekali kita menghadapi Goliat-Goliat besar yang rasanya sulit sekali untuk dikalahkan, entah itu permasalahan keuangan, permasalahan keluarga, permasalahan pekerjaan dan lain2 nya seakan2 adalah tembok besar yang harus kita kalahkan ?
Saat saya membaca Kisah Daud dan Goliat itu, Tuhan menunjukan kepada saya 4 Langkah menuju kemenangan menghadapi Goliat-Goliat dalam hidup kita.


Langkah 1 : Lepaskan semua kekuatan manusia kita

Saat Saul tahu bahwa Daud bermaksud menghadapi Goliat, ia memberikan kepada Daud semua perlengkapan perang yang dipakai ditubuhnya kepada Daud (I Sam 17:38-39). Baju perang Saul adalah baju perang seorang raja, baju perang seorang raja berbeda dari baju perang prajurit biasa, Saul memberikan pakaian perang terbaiknya kepada Daud, yaitu baju zirah, ketopong raja. Semua yang dimata manusia adalah yang terbaik untuk berperang dan menghadapi musuh. Tapi semuanya itu tidak cocok di tubuh Daud, dan Daud memutuskan untuk maju berperang menghadapi Goliat tanpa perlengkapan perang manusia.
Langkah pertama yang dilakukan oleh Daud ialah melepaskan semua kekuatan manusianya, Goliat begitu luar biasa, alkitab mencatat ia selain besar juga memenggunakan perlengkapan perang yang lengkap dan luar biasa. Orang-orang israel mungkin melihat Daud muda begitu bodohnya, maju menghadapi Goliat tanpa perlengkapan apa2. Bahkan sebelumnya Saul sudah berkata kepada Daud : "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."
Jelas dengan kekuatan manusia kita tidak mungkin menghadapi Goliat besar dalam hidup kita, karena itu langkah pertama yang kita lakukan untuk menuju kemenangan adalah lepaskan semua kekuatan manusia kita, kita tidak mungkin bisa menghadapi semua permasalahan di depan kita jika kita masih terus mencoba melawan dengan kemampuan sendiri, tetapi kita harus biarkan Allah yang bekerja. Bahkan tahapan inilah yang tersulit karena Allah akan memproses kita sampai kita benar2 melepaskan semua kekuatan manusia di dalam kita. Mungkin kita akan mengalami beberapa hal2 berat lagi, tetapi ini adalah suatu proses yang Allah kerjakan supaya kita menanggalkan semua kekuatan manusia kita.
Yohanes 12:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Langkah 2 : Maju berperang

Saat Daud tahu ia harus menghadapi Goliat, ia tidak lalu duduk dan berdoa dan meratap memohon supaya Tuhan sendirilah yang kemudian menghajar Goliat. Daud tahu ia walaupun berperang atas nama Allah yang hidup, ia tetap harus maju ke tengah-tengah medan pertempuran menghadapi Goliat. Alkitab mencatat bahwa Daud maju mendekati Goliat (I Sam 17: 40b). Saat Daud maju Goliat menghina Daud karena dilihatnya Daud itu masih muda dan kemerah2an wajahnya. Lalu apakah Daud lari mundur sambil menangis, Tuhan tolong hajar Goliat ? Tidak, Alkitab mencatat bahwa Goliat itu bergerak maju untuk menemui Daud, maka segeralah Daud berlari ke barisan musuh untuk menemui Goliat (I Sam 17:48).
Langkah kedua menuju kemenangan adalah Maju Berperang. Tidak sedikit anak Tuhan yang saat menghadapi Goliat hanya sibuk meratap, berdoa, memohon kepada Tuhan, tetapi lupa untuk maju berperang seperti Daud. Goliat yang ada dihadapan kita, yaitu masalah yang dihadapan kita, tetap harus kita hadapi tidak mungkin masalah itu hilang begitu saja tanpa ada kegerakan, Tuhan akan menyalurkan kekuatannya melalui kita, melalui tindakan kita.
Saya punya teman yang ada masalah dengan orang tuanya, dimana orang tuanya sulit sekali rasanya berkomunikasi dengan dia, jarang sekali mereka bercakap2 seperti layaknya keluarga. Dia bercerita bahwa setiap malam dia berdoa supaya Tuhan pulihkan keluarganya, supaya Tuhan bekerja, doa puasa pun sudah dilakukannya. Lalu ? tidak ada perubahan tetap, saat saya tanya, sudahkah kamu sendiri mencoba untuk mengadakan perubahan di rumah, mencoba mengajak orang tua nya untuk bercakap2 dan lain ? Dia menjawab belum, sebab dia takut akan gagal dan tertolak nantinya oleh orang tuanya. Lalu bagaimana Tuhan bisa bekerja, kalau kita tidak menjadi saluranNya ?
Jika kita ingin melihat Tuhan bekerja, maka kita harus siap juga untuk maju bergerak, berperang, tidak diam ditempat dan hanya berharap bahwa secara tiba2 terjadi mujizat atau perubahan begitu saja. Tuhan bisa saja menghajar Goliat begitu saja dengan mudah tanpa Daud sekalipun, tetapi Tuhan mau Daud maju ke depan untuk berperang, karena Tuhan hendak menyalurkan kuasaNya melalui Daud.
Saat kita putuskan untuk berperang melawan goliat-goliat atau masalah2 dalam hidup kita, maka Tuhan juga menghendaki agar kita mulai bertindak, sebab melalui tindakan kita lah Tuhan akan bekerja. Walaupun ejekan dan cemoohan akan datang saat kita memutuskan untuk bergerak, janganlah mundur tetap maju seperti saat Daud dicemooh oleh Goliat. Tuhan bisa dengan mudah menghapuskan masalah2 hidup kita, tapi kita tidak akan pernah belajar untuk berperang bersama Dia, sebab Dia mengasihi kita dan ingin kita mendapatkan pelajaran lebih dalam berperang bersama Dia. Pelajaran apakah itu ? Yaitu ada dalam langkah ketiga.

Langkah 3 : Berperang dengan kekuatan Allah

I Sam 17:46-47 Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami."

Saatnya maju berperang adalah saat-saat yang paling berat dan menakutkan, mengapa ? kita sudah tidak punya lagi kekuatan manusia di dalam tubuh kita, tetapi kaki kita sudah melangkah maju dan di hadapan kita ada Goliat besar. Saatnya lah iman bekerja, saatnya lah kita mengandalkan kekuatan Allah 100%. Iman adalah kunci Daud maju menghadapi Goliat. Apa itu Iman ?
Ibrani 11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Apakah yang diharapkan Daud saat itu ? Mengalahkan Goliat. Adakah buktinya secara penglihatan manusia bahwa Daud yang muda, tanpa perlengkapan perang apa-apa dapat mengalahkan Goliat yang besar tinggi dengan perlengkapan perang luar biasa ? Tidak mungkin secara manusia.
Tetapi itulah iman, keyakinan bahwa Allah akan bekerja diluar kemampuan kita.
Apa yang kita harapkan saat ini ? Mengalahkan masalah2 yang ada di dalam hidup kita tentunya, dengan iman kita kepada Allah kita maju berperang seperti Daud, iman dan keyakinan bahwa Tuhan akan mengalahkan goliat itu dihadapan kita dan membuat kita terbebas dari masalah berat kita ini.
Bagaimana mendapatkan Iman seperti Daud ? Roma 10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Sebelum maju berperang Daud telah memiliki iman yang besar untuk bisa mengalahkan Goliat, dari mana kita tahu ? I Sam 17:34-37 mencatat perkataan Daud bahwa Tuhan telah terbiasa melepaskan dirinya dari cakar singa dan cakar beruang saat ia menjaga domaba2nya. Iman adalah sesuatu yang harus kita latih, bagaimana melatihnya ? Paulus berkata Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh Firman Kristus. Jika kita saja malas untuk membaca Firman Tuhan bagaimana mungkin kita bisa menumbuhkan iman dari dalam diri kita, sebab iman adalah senjata terbesar saat kita menghadapi tantangan2 yang mustahil seperti seorang goliat. Iman Daud tersirat dalam I Samuel 17:37 Pula kata Daud: "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.
Saat Daud mempraktekan semua ini, dia maju mengalami kemenangan menghadapi Goliat, ia melepaskan semua kekuatan manusianya, ia bergerak untuk maju, tidak hanya berdiam diri dan meratap, kemudia ia berperang dengan iman, bahwa Allahlah yang akan mengalahkan Goliat saat ia maju berperang. Tapi bukan sampai disitu saja Daud selesai. Ia memasuki Langkah ke 4

Langkah 4 : Mengembalikan Kemuliaan kepada Allah

Kemenangan Daud tidak akan ada artinya jika kemuliaan Allah akhirnya tidak ditegakan. Mengapa langkah 1 sampai 3 harus tetap ada ? Karena semuanya itu untuk ditunjukan kembali kepada kemuliaan Allah, tidak sedikitpun sejak awal Daud berusaha mencuri kemuliaan Allah, saat berperang menghadapi Goliat, Daud tidak pernah berkata “ Aku akan mengalahkan engkau dengan kekuatan ku, karena aku kamu akan binasa” , tetapi coba baca apa yang Daud katakan :
Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.
Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah,
dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami."

Saat kita memperoleh kemenangan dengan tidak melepaskan semua kekuatan manusia, berperang dengan iman, maka nama Kristus lah yang layak ditinggikan, jangan sekalipun kita mencoba mencuri kemuliaannya biarlah namaNya yang ditinggikan diatas goliat-goliat yang telah dikalahkan

Seberat apapun goliat2 yang ada dalam kehidupan kita, yakinlah bahwa kita sanggup mengalahkan semuanya itu seperti Daud yang berperang mengandalkan Allah. Mungkin masalah kita begitu besar, seakan tidak ada jalan keluar, tetapi Allah kita lebih besar dari segala sesuatunya yang ada di dunia ini, semua masalah kita harus kita hadapi bersama2 dengan Dia. Duduk berdoa dan meratap adalah baik tetapi Tuhan juga menghendaki supaya kita bertindak, bukan menunggu, sebab Tuhan mengasihi kita dan ingin kita bersama2 dengan Dia melalui semua permasalahan itu sampai akhirnya menuju kemenangan untuk kemuliaan NamaNya.



5 Gadis Bijaksana dan 5 Gadis Bodoh

by Theresia


Matius 25 : 1-13

Ada 2 tipe gadis (= gadis berbicara orang Kristen) :
1. Bijaksana/smart
2. Bodoh/silly

Persamaan keduanya :
Sama2 bawa lampu, sama2 menunggu mempelai pria, sama2 tertidur. (= Sama2 orang Kristen yang menunggu kedatangan Tuhan kedua kalinya)

Perbedaan keduanya :
Gadis bijaksana membawa minyak untuk lampu mereka, gadis bodoh tidak bawa persediaan minyak.

Apa yang terjadi ketika mempelai pria datang :
Lampu (= pelita bicara tentang Roh Tuhan yang ada dalam roh kita) gadis bodoh padam, sehingga mereka minta minyak kepada gadis bijaksana.

Luk 11:34 Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu.
Luk 11:35 Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan.
Pro 20:27 Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya.

Gadis bodoh yang lampunya padam : Rohnya padam, tidak berapi-api lagi dengan Tuhan, suam2 kuku, tidak ada gairah untuk bersekutu dengan Tuhan, baca Firman Tuhan, kasihnya kepada Tuhan mulai padam,dsb.
Pro 24:20 Karena tidak ada masa depan bagi penjahat, pelita orang fasik akan padam.

Gadis bijaksana yang lampunya tetap menyala : Rohnya tetap berapi-api, tetap semangat dengan Tuhan, berjaga-jaga supaya hatinya tetap bergairah dengan Tuhan, cinatnya kepada Tuhan tetap sama bahkan semakin dalam.
Rom 12:11 Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Pro 31:18 Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam.
Luk 12:35 "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala.

Mengapa gadis bijaksana tidak mau membagikan minyaknya kepada temannya ?
Karena sesungguhnya mereka sendiri belum melihat mempelai pria tersebut datang, mereka baru mendengar suara orang yang berseru, makanya mereka tidak berani memberikan minyak mereka kepada temannya, takut mereka juga kehabisan minyak.
Akan tetapi kedatangan Tuhan tidak ada satupun yang tahu kapan.
Mat 25:13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

Dan masalah hati atau roh atau keselamatan, tiap-tiap orang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Karena tidak ada orang yang bisa memberikan hati, rohnya atau keselamatannya kepada orang lain. Tiap2 orang berkewajiban menjaganya sendiri.
Pro 4:23 Guard your heart more than anything else, because the source of your life flows from it.

Saran dari gadis bijaksana untuk mereka membeli minyak adalah baik, selama masih ada kesempatan mereka bisa membeli minyak untuk diri mereka.
2Pe 3:15 Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya.

Apa yang terjadi pada saat gadis yang bodoh itu berusaha mencari minyak disaat2 terakhir ?Mempelai pria datang, dan mereka yang telah siap sedia masuk bersamaNya, sementara mereka yang tidak siap tertinggal di luar.

Apakah Tuhan itu jahat, pilih kasih terhadap kita ??
Tidak. Semua orang mendapat anugrah dan kesempatan yang sama, tetapi hasil akhirnya berbeda itu adalah tanggung jawab setiap pribadi dengan apa yang mereka kerjakan selama waktu2 yang ada. Adakah mereka menjaga Roh mereka supaya tetap bernyala bagi Tuhan dan tidak sedang dalam keadaan tidur, adakah mereka punya hubungan pribadi dengan Tuhan, dll ?

1Co 15:10 Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.

Col 4:5 Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.

Eph 5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.

Karena itu selama waktu masih ada perlengkapi diri kita sebagaimana gadis yang bijaksana mempersiapkan minyak untuk pelita mereka, kita juga harus selalu ada persediaan minyak, artinya jangan biarkan roh kita padam, kasih kita kepada Tuhan pudar, dan kita menjadi suam.

Caranya : bangun hubungan pribadi dengan Tuhan setiap hari dalam doa dan Firman.

KEEP ON GROWING !!! 24-05-07

Selasa, 20 November 2007

Niniwe



Niniwe
by Soejono Wijaya



Nats : Yunus 1-4

Siapa yang tidak bosan mendengar cerita nabi Yunus dan Niniwe. Dari jaman sekolah minggu sampai kotbah-kotbah di gereja sering sekali cerita ini terdengar. Tapi kali ini kita mau melihat sisi cerita mengenai Yunus dan Niniwe dari sisi yang sedikit berbeda, yaitu dari sisi kita sebagai eklesia, sebagai gereja.

Niniwe yang dulu adalah sebuah kota yang berpenduduk seratus dua puluh ribu orang yang saat itu adalah sebuah kota yang penuh kejahatan dimata Tuhan, sehingga Tuhan mengirim Yunus untuk memperingati kota tersebut.
Niniwe sekarang adalah sebuah kota di dekat kota Mosul, di Irak Utara. Dan adalah sebuah kota yang dicekam ketakutan akan terjadinya perang teluk kedua setelah presiden Amerika serikat Goerge W. Bush mengeluarkan ultimatum untuk menyerang Irak. Kurang lebih ada sekitar 1 juta orang kristen di Irak saat atau sekitar 5% dari populasi penduduk Irak. Merekalah yang saat ini dirundung kecemasan mengenai perang. Ini realita yang ada saat ini. Tentang Niniwe (Nineveh) bisa di lihat di atlastours disini.

Coba perhatikan keluh kesah Yunus saat ia ada didalam perut ikan : " Ketika jiwaku letih lesu di dalam didalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan, dan sampailah doaku kepadaMu, kedalam baitMu yang kudus. Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan, mereka yang meninggalkan Dia, yang mengasihi mereka dengan setia. Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepadaMu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari Tuhan!" (Yun 2:7-9).

Kalau doa Yunus boleh diterjemahkan dalam bahasa gereja saat ini, mungkin bunyinya kurang lebih demikian : "Aku ini orang yang rohani, aku ikut persekutuan, aku sibuk dalam segala pelayanan. Mereka yang lain kan salah mereka sendiri menyembah berhala. Yang penting kan aku sudah melakukan semua kebaikan yang Tuhan inginkan."

Mungkin kita ketawa sinis mengenai doa ini, tetapi sungguh kah gereja sekarang sudah demikian atau bagaimana ? Apakah sungguh kacamata gereja2 besar di Indonesia saat ini adalah hanya kedalam diri mereka sendiri atau tidak ? Tapi maaf kami sudah terlalu sibuk mengurus kejemaatan, bagaimana mungkin kita bisa mengurusi hal yang lain lagi.

Ada satu kejadian yang sering sekali orang lupakan dalam cerita Yunus yaitu mengenai para awak kapal yang ketakutan saat Tuhan menurunkan angin ribut yang hampir menenggelamkan kapal yang ditumpangi Yunus. Saat itu mereka berdoa kepada allah mereka masing2. Mereka berkata kepada Yunus yang tertidur "Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak akan binasa". Saat mereka melihat kebesaran Allah menghentikan angin ribut tersebut, mereka menjadi sangat takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi Tuhan (Yun 1:1-17). Yunus mungkin tidak pernah tahu mengenai hal tersebut, karena dia sudah keburu dibuang kelaut. Dia tidak pernah tahu bahwa orang2 yang sebelumnya tidak mengenal Tuhan, yang masing2 memiliki dan berseru kepada allahnya masing2 pada akhirnya sujud kepada TUHAN. Tapi inilah inti kesemua dari cerita Yunus, ialah gereja secara eklesia yang sungguh2 dipanggil untuk keluar, dipanggil untuk orang2 yang pada dasarnya butuh TUHAN dalam hidup mereka. Gereja sesungguhnya bukanlah gedung mewah, bukanlah kesibukan mengurus ribuan jemaat yang berkumpul dan berseru2 didalam sebuah gedung, bukan segala keajaiban dan mujizat yang hanya ada didalam gereja, bukan juga selebaran atau pamflet yang bertuliskan "untuk kalangan sendiri".

Masalahnya tidak sedikit anak2 Tuhan yang cegeng, sibuk mengurusi kebutuhan rohaninya sendiri, KKR-KKR yang penuh hanya dengan anggota2 jemaat atau orang2 yang sama setiap kali diadakan. Saat hamba2 Tuhan besar dari luarnegeri yang datang untuk seminar atau KKR, maka yang sibuk berebutan undangan atau tiket adalah orang2 yang sama. Lalu kapan Niniwe dapat kesempatan ?

Gereja yang sesungguhnya dimulai dari diri kita sendiri secara individu. Yang mau melihat keluar. Yang mau peduli secara langsung ada yang ada disekeliling kita, entah kita berkarya di keluarga, di tempat kerja, di sekolah, di politik, di jalanan atau di gedung atau organisasi yang bernama gereja.

Saat kita sibuk mengurusi segala kegiatan rohani kita, mungkin kita juga harus mengambil waktu untuk niniwe disekitar kita. Mungkin orang tua kita, mungkin sahabat dekat kita, mungkin pembantu rumah tangga kita, mungkin boss kita, mungkin juga sekedar orang yang kita temui dijalan. Biarkan mereka melihat kita dan tindakan kita sehari2 sehingga mereka dapat berkata : "aku mau apa yang aku lihat ada dimatamu". Saatnya membagikan berita keselamatan yang sering kita genggam erat2 tanpa orang lain melihatnya.

Saya Kelaparan,
dan Anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparan saya.

Saya Terpenjara,
dan Anda menyelinap ke kapel Anda untuk berdoa bagi kebebasan saya.

Saya Telanjang,
dan Anda mempertanyakan dalam hati kelayakan penampilan saya

Saya sakit,
dan Anda berlutut dan menaikan syukur kepada Allah atas kesehatan Anda.

Saya tidak punya tempat berteduh,
dan Anda berkotbah kepada saya tentang kasih Allah sebagai tempat berteduh spiritual.

Saya Kesepian,
dan Anda meninggalkan saya sendirian untuk berdoa bagi saya.

Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat kepada Allah,
Tapi saya tetap amat lapar - dan kesepian - dan kedinginan.

(Disadur dari Buku Isu-Isu Global, John Stott)




SODOM dan GOMORA (Bagian 2)

SODOM dan GOMORA

Dosa, doa dan sikap hati
by Soejono Wijaya


(BAGIAN KEDUA)

Lot, Istri Lot dan calon menantu Lot

Tapi akhirnya Tuhan pun tetap membinasakan Sodom dan Gomora, sesuai janjiNya dengn Abraham, Ia tidak menemukan sepuluh orang benar disana untuk mencegahNya membinasakan kota tersebut. Apakah hanya itu saja akhir dari Sodom dan Gomora ? Tidak, Tuhan tidak pernah membiarkan segala sesuatu berlalu begitu saja tanpa arti. Ia ingin anak2Nya belajar dari orang-orang yang Ia coba selamatkan dari Sodom dan Gomora, dimulai dari calon menantu Lot lalu Istri Lot dan yang terakhir Lot sendiri. Disinilah kita belajar mengenai komitmen dan sikap hati kita terhadap Tuhan. Ada tiga sikap hati yang yang bisa kita pelajari disini.
Sikap hati yang pertama :
Saat kedua malaikat mengingatkan Lot untuk mengajak keluar siapa saja keluarga dan kaumnya untuk keluar dari Sodom dan Gomora. Maka Lot menghampiri kedua calon menantunya dan mengajaknya untuk keluar dari Sodom dan Gomora. Tetapi mereka memandangnya hanya berolok-olok dan tetap tinggal di kota tersebut (Kej 19:14). Hingga akhirnya mereka ikut dibinasakan oleh hujan belerang dan api. Seberapa sering dalam kehidupan ini kita diperingati oleh Allah, diingatakan untuk mejauhi dosa, diingatkan untuk "lari" dari Sodom dan Gomora ? Sikap hati yang pertama ialah sikap hati yang bebal, menolak apa yang telah Tuhan larang dari kita, tidak mau mendengarkan FirmanNya dan memilih hidup dalam dosa. Kita tahu apa yang menimpa kedua calon menantu Lot.
Sikap hati yang kedua
Akhirnya yang dibawa keluar dari kota tersebut adalah Lot, istri Lot dan kedua anak perempuannya (Kej 19: 15-16). Kedua malaikat tersebut berpesan kepada mereka : "Larilah, selamatkanlah nyawamu: janganlah menoleh kebelakang ...". Kejadian 19:26 mencatat : "Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutinya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam". Sikap hati yang kedua ialah mewakili sikap hati yang ragu2 pada komitmennya kepada Allah. Mereka yang sudah dipanggil keluar dari segala belenggu dosa, tetapi masih menoleh lagi kepada masa lalu mereka, masih menoleh lagi kepada semua godaan dosa, maka mereka akan menjadi tiang garam. Tiang garam disini menggambarkan orang kristen yang tidak bertumbuh karena mereka masih terhimpit oleh kekuatiran dunia dan tipu daya dosa. Seperti perumpaan penabur di Matius 13:1-23.


Sikap Hati yang ketiga
Tetapi Lot dan kedua anak perempuannya diselamatkan oleh Allah. Apakah mudah bagi Lot untuk meninggalkan Sodom dan Gomora ? Tanah yang begitu mencuri perhatiannya saati ia disuruh memilih oleh Abraham ? Tanah yang begitu subur, begitu menjanjikan, begitu kayanya. Semua yang ia miliki dan yang ia bangun ada disana. Tentu saja tidak mudah, Alkitab mencatat bahwa Lot masih berlambat-lambat meninggalkan kota itu (Kej 19:16). Tetapi Tuhan mengasihi dia dan menarik tangan mereka untuk keluar dari kota tersebut. Sikap hati yang ketiga diwakili sikap hati Lot yang mau sepenuhnya mendengarkan perintah Tuhan dan tidak menoleh kembali ke tempat yang telah ia tinggalkan, walaupun ia tahu itu berat tetapi tangan Tuhan akan membimbingnya. Sikap hati yang ketiga membiarkan Tuhan bekerja sepenuhnya di hidup kita, menjadikan dia Penuntun kita, bukan lagi keinginan hati kita. Memang tidak mudah melepaskan diri dari segala keinginan dosa, tapi kita percaya bahwa selama Tuhan yang menuntun tangan kita, kita pasti keluar sebagai pemenang.


Dosa, Doa dan Sikap Hati


Tiga hal inilah yang bisa kita pelajari dari kebinasaan Sodom dan Gomora. Kota yang begitu luar biasanya diciptakan dengan indah oleh Allah tapi penuh dengan kejahatan. Banyak hal didunia ini yang rasanya begitu memikat kita seperti saat Sodom dan Gomora memikat hati Lot, tapi semua yang hanya bersifat duniawi adalah sesuatu yang suatu saat nanti tidak bisa kita nikmati, segala dosa2 dan keinginan jahat dari si iblis dan tipu daya dunia akan dihanguskan seperti Allah menghanguskan Sodom dan Gomora. Semua kenikmatan yang diberikan dunia ini hanyalah sementara, ingat Allah membenci dosa dan juga mereka yang sudah melihat dan merasakan kasih kuasa Allah tetapi tetap hidup dalam dosa seperti Sodom dan Gomora Sampai saat ini Allah tetap mencari anak-anakNya yang mau berdoa. Berdoa bagi keluarganya, berdoa bagi teman-temannya, berdoa bagi kotanya, berdoa bagi negrinya. Sebab adalah suatu kejahatan jika kita melihat suatu bencana atau bahaya datang di depan mata orang lain, tetapi kita tidak memperingatkan mereka. Hari sudah semakin malam, siapa lagi laskar2 Allah yang mau bertekun berdoa kalau bukan kita anak-anakNya. Allah mencari mereka yang setia, yang sepenuh hati mengikuti kehendakNya yang tidak separuh hati mengikutiNya. Oh pasti tidak mudah, dunia ini begitu memikat, dunia ini begitu menghimpit. Begitu sulit pasti bagi kita untuk meninggalkan Sodom dan Gomora kita tanpa menoleh kebelakang. Tetapi Allah adalah Tuhan yang mengerti, Ia tidak akan berkata "Harus ini, harus itu" tanpa juga menuntun tangan kita. Saat kita berkata " Tuhan saya ngak mampu", Dia tidak akan berkata "selamat tinggal" tetapi Dia akan menuntun tangan kita seperti Ia menuntun Lot keluar dari Sodom dan Gomora. Dia akan berlari bersama kita menuju kemenangan. Yang perlu kita sediakan ialah sikap hati yang sepenuhnya menyerah kepada tuntunan Tuhan. Sehingga saat Tuhan membinasakan Sodom dan Gomora, kita tidak berada di dalamnya tetapi kita berada di sampingNya.


Puji Tuhan.

SODOM dan GOMORA (Bagian 1)


SODOM dan GOMORA
Dosa, doa dan sikap hati
by Soejono Wijaya

(BAGIAN PERTAMA)


referensi : Kejadian 12-13; Kejadian 18:16 - 19:29; II Petrus 2:6-16


Siapa yang tidak pernah mendengar mengenai Sodom dan Gomora ? Cerita tentang Sodom dan Gomora seperti sesuatu hal yang sudah usang. Kemurkaan Allah terhadap kota yang begitu jahatnya dimata Tuhan dan harus hangus di tangan Murka Allah. Terkadang dalam hati kita bertanya sejahat apa sih perkara yang telah dilakukan oleh Sodom dan Gomora ? Begitu besarnyakah dosa Sodom dan Gomora ?
Bersyukurlah bahwa justru banyak perkara yang bisa lihat dari kejadian Sodom dan Gomora, bukan sekedar masalah dosa, tapi disini kita akan melihat juga mengenai komitmen, doa dan sikap hati di hadapan Allah.

Abraham di mata Allah
Semuanya dimulai dari seorang Abram atau Abraham. Saat Tuhan memanggil Abraham Tuhan menjanjikan bahwa Abraham akan menjadi suatu bangsa yang besar dan memasyurkan namanya. Abraham pergi meninggalkan sanak saudara dan negrinya menuju suatu tempat yang Tuhan janjikan. Bersama dengan dia ikut juga Lot, anak saudaranya. Kejadian 13: 1-18 mencatat banyak hal terjadi sebagai permulaan. Saat itu ketamakan mulai muncul diantara gembala Abraham dan gembala Lot yang bersaing wilayah sehingga terjadi perselisihan. Abraham mengalah pada Lot dan meminta Lot untuk memilih wilayah yang ia mau dan Abraham akan menjauh darinya.
Disinilah daya tarik Sodom dan Gomora mulai memikat mata Lot, segala keindahan Lembah Yordan yang begitu subur dan penuh berkat dari Tuhan. Disinilah Sodom dan Gomora mewakili segala keindahan yang ditawarkan dunia saat ini, segala hal dihadapan mata kita yang rasanya begitu memikat, begitu memenuhi segala perkara dunia kita, segala keangkuhan, segala keseombongan, segala yang kasat mata. Dan Lot pun memilih seluruh Lembah Yordan tempat Sodom dan Gomora berada.

Dosa Sodom dan Gomora
Begitu bencinya kah Allah pada Sodom dan Gomora ? Mengapa sampai Allah ingin memusnahkannya ? Disinilah kita belajar perkara2 yang Allah benci. Sodom dan Gomora ada dilembah sungai Yordan yang begitu suburnya, penuh dengan berkat dari Allah. Tapi Sodom dan Gomora penuh dengan kejahatan. Alkitab mencatat betapa jahatnya seluruh penduduk Sodom dan Gomora dihadapan Allah, dari mereka yang muda sampai yang tua pun tidak ada yang terkecuali (Kej 19:4). Apakah Sodom dan Gomora juga mewakili diri kita ? Seberapa sering kita sebagai anak2Nya sudah menikmati segala berkat dan kasih karunia Allah, sudah melihat berbagai perkara yang Tuhan lakukan bagi hidup kita, sudah menerima karunia keselamatan, menikmati kemurahan Allah, tapi kita tetap hidup dalam dosa ?

Abraham yang bersyafaat
Tetapi Allah membiarkan Abraham mengetahui rencanaNya (Kej 18:17-21). Ia membuat Abraham tahu bahwa Allah akan mebinasakan Sodom dan Gomora. Luar biasa Abraham, sampai 6 kali ia tawar menawar dengan Tuhan mengenai jumlah penduduk di Sodom dan Gomora yang akan dipakai menjadi patokan Tuhan untuk memusnahkan kota itu. Disinilah Abraham bersyafaat dengan tidak mengenal lelah, dia tidah pernah berhenti untuk meminta keselamatan bagi Sodom dan Gomora kepada Allah. Berapa sering kita terkadang harus merasa lelah berdoa, merasa lelah berharap Allah, merasa bahwa tidak mungkin ada perubahan yang akan terjadi, merasa semuanya hanyalah sia2. Sehingga akhirnya kita cuma bisa berkata, "ah biarkan saja Tuhan yang lanjutin deh" atau mungkin "ah, Tuhan pasti ngerti deh.
Saat-saat ini mata Tuhan mencari anak2Nya yang mau berdoa bagi kota2 mereka, bagi lingkungan disekitar mereka, bagi teman2 mereka dan bagi keluarga mereka. Karena mata Tuhan menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatanNya bagi mereka yang bersungguh hati terhadap Dia ( II Taw 16:9)

to be continue...................

Senin, 19 November 2007

Hati Bapa



by Soejono Wijaya


Pernah ada yang dengar cerita nyata mengenai Dick dan anak nya Rick Hoyt ? Kisah luar biasa ini baru saya saksikan melalui cuplikan2 gambar film dan foto. Dick Hoyt memiliki seorang anak bernama Rick. Rick lahir cacat baik secara fisik maupun mental. Ia lumpuh tidak bisa berjalan dan juga mental nya sedikit terbelakang. Tetapi Dick ingin supaya anak nya tetap bisa merasakan apa yang manusia biasa rasakan. Ia begitu mengasihi anaknya Rick. Ia memasukan Rick ke sekolah normal, walaupun dengan dukungan computer canggih yang bisa mengolah ucapan nya menjadi tulisan dll.

Suatu saat Rick berkata kepada ayah nya, bahwa ia ingin merasakan lari marathon. Mungkinkah itu, padahal Rick ada diatas kursi roda. Mungkin sebagai orang tua normal kita akan berkata tidak mungkin Rick. Tapi Dick berpikiran beda, ia memutuskan untuk lari marathon bersama dengan anaknya. Maka bersama para pelari marathon lainnya, Dick membawa anaknya yang cacat lari marathon. Dick berlari dibelakang Rick sambil mendorong kursi roda. Saat melihat wajah Rick yang autis tersenyum bahagia, saat itu hati saya langsung tersentuh. Dick hadir sebagai pribadi bapa yang begitu mengasihi anaknya, jika bapak yang di dunia aja tahu memberi yang terbaik buat anaknya, apalagi Bapa mu yang di surga. Saat melihat tayangan betapa Dick membawa anaknya lari marathon, berenang, dll saya jadi diingatkan betapa kita tidak sendirian mengarungi kehidupan ini, ada Bapa di surga yang siap berlari bersama kita setiap saat nya

Imannuel, Tuhan beserta kita


untuk melihat video diatas bisa di lihat di : http://www.youtube.com/watch?v=f4B-r8KJhlE

Tanggung Jawab di Hadapan Allah


By Soejono Wijaya


Nats : I Samuel 2:27- 3:21

Klise memang, tapi beberapa waktu yang lalu saya masih mendengar seorang anak kecil berkata kepada papa nya, “Papa, papa, kalau besar nanti aku mau jadi presiden”. Mungkin kata2 yang tidak berarti lagi kita dengar sama seperti kata2 “kalau besar nanti aku mau jadi dokter”.
Tapi tiba2 semuanya ini menjadi suatu tanda seru buat saya, apa posisi saya saat ini ? hei apa pekerjaan kita, dokter kah kita ? pengusaha kah kita ? Apa yang sudah kita kerjakan selama ini ?

Saat Eli dan anak2nya mendapat peringatan dari Allah tentang tata cara dan gaya hidup yang dijalani oleh anak2 Eli, Tuhan tidak satu kali memperingati Eli. Tetapi Ia menyampaikan peringatan itu sampai 2 kali. Pertama melalui seorang abdi Allah yang datang kepada Eli ( I Sam 2:27 ) yang memperingatkan tentang tanggung jawab yang telah diberikan Tuhan kepada Eli dan keluarga untuk jabatan seorang imam yang mempersembahkan korban bakaran. Tetapi anak2 Eli sering sekali mengambil daging persembahan itu untuk diri mereka sendiri (I Sam 2:12-17). Peringatan yang sama bahkan datang dari Samuel muda yang saat itu masih tinggal di bait Allah. Samuel 3 kali mendengar suara Tuhan yang memanggil namaNya, saat Eli menyadari bahwa yang memanggil samuel adalah Allah, ia meminta Samuel mendengarkan Allah. Dan apa yang disampaikan Tuhan kepada Samuel adalah peringatan kedua kepada Eli mengenai tanggung jawab.

Tanggung jawab ? Sering dalam hidup kita ini kita justru bingung, apa tanggung jawab kita kepada Tuhan. Mungkin jawabnya tidak jauh2 dari kasus Eli, yaitu dimana Tuhan menaruh posisi kita disitulah ada tanggung jawab yang harus kita pikul dihadapan Allah. Allah tidak pernah main2 saat Dia menempatkan kita dalam rencanaNya. Ada banyak hal yang harus kita nilai dari diri kita, apakah kita saat ini seperti anak2 Eli, yang hidup mencuri persembahan yang seharusnya bagi Dia ? Sudah kita dalam pekerjaan kita, dalam posisi kita, kita memberikan persembahan yang harum bagi Tuhan. Ataukah kita menjadi seperti anak2 Eli yang mendapat cemooh karena hidup tidak bertanggung jawab bahkan berani2nya mencuri kemuliaan Allah.

Saat saya sadar mengenai Firman ini, saya sadar juga bahwa saya tidak mau menjadi anak2 Eli yang pada akhirnya diambil oleh Tuhan dan diserahkan ke tangan Samuel yang tadinya bukan siapa2 di bait Allah, bukan seorang imam, tapi Tuhan memilih dia untuk menggantikan anak2 Eli yang hidup tidak bertanggung jawab terhadap posisi dan jabatan yang telah Tuhan percayakan kepada mereka.
Tidak peduli siapa kita saat ini, apakah kita dokter, pengusaha atau presiden sekalipun, saat kita tidak pernah memakai tanggung jawab kita secara penuh dihadapan Tuhan untuk memuliakan nama Nya dalam pekerjaan kita sehari2, kita telah mencuri kemuliaanNya.
Sudahkah kita menjadi berkat bagi orang lain ?
Sudahkah pekerjaan2 Allah dinyatakan dalam hidup kita ?
Sudahkah Allah dipermuliakan karena gaya hidup kita sehari2 ?
Sudahkah kita menjadi orang tua yang benar bagi anak2 kita ?
Atau justru sibukkah kita mencuri kemuliaan Dia setiap hari untuk menyenangkan hidup kita ?

UNDO

by Soejono W

referensi : II Samuel 11 - 19

Sebuah Universitas terkemuka di U.S pernah mengadakan suatu survey pada mahasiswanya di salah satu matakuliah. Mereka diminta membuat essay mengenai apa yang akan mereka lakukan jika mereka diberi kesempatan untuk kembali 10 tahun ke massa silam. Jawaban yang didapat beragam, ada yang ingin melakukan hal2 yang belum pernah dilakukan sampai ada yang memutuskan seharusnya ia tidak kuliah disana. Tapi pada dasarnya satu hal yang mereka inginkan : Mengubah atau memperbaiki kesalahan2 yang pernah terjadi.

UNDO atau membatalkan sesuatu yang sudah dilakukan, itu menjadi suatu kata ajaib yang diciptakan oleh teknologi program computer. Seperti yang biasa kita hadapi dengan menggunakan Microsoft Word atau aplikasi computer lainnya. Undo ini menjadi suatu penemuan yang sangat luar biasa di dunia computer yaitu untuk membatalkan apa yang sudah kita lakukan. Menyenangkan sekali, kita tidak perlu takut untuk melakukan kesalahan ketik atau sebagainya, karena ada undo.

Kurang lebih delapan tahun lalu saat saya masih di SMA, saya punya seorang teman yang sedang menghadapi masalah broken home dimana permasalahan dia ialah ayah tirinya. Ia mengilustrasikan masalahnya seperti suatu Piring Pecah. Bagi dia keluarganya pada dasarnya adalah piring pecah, karena ayah tirinya. Dia berkata sekalipun piring tersebut disatukan kembali dengan sebuah lem yang sangat kuat, pada dasarnya tetap saja piring tersebutbukanlah piring utuh tetapi piring yang tetap terlihat bekas retakannya. Waktu itu saya hanya bisa mengiyakan saja dalam hati, benar juga yah begitu, pikir saya.

Daud melakukan kesalahan besar saat ia memutuskan untuk mengikuti hawa nafsunya terhadap Batsyeba. Ia menciptakan suatu malapetaka yang panjangmenimpa keluarganya dan juga tahtanya. Perzinahan juga mengekori Amnon anak Daud yang memperkosa Tamar adik tirinya. Sehingga Absalom kakak Tamar akhirnya membunuh Amnon. Absalom yang adalah anak kesayangan Daud akhirnyalah yang menjadi malapetaka bagi Daud, bahkan ialah yang mengenapi hukuman yang harus diterima Daud karena berzinah dengan Batsyeba (2 Sam12:11-12 dan 2 Sam 16:22-23). Bagaimana perasaan Daud saat itu ? Ia dikhianati anaknya sendiri, kutukan akibat perbuatannya terhadap Batsyeba harus digenapi oleh anaknya sendiri, Ia harus melarikan diri dari anaknyasendiri (2 Sam 15:13-17).

Kalau saya jadi Daud pada saat itu mungkin saya akan berteriak pada Tuhan : Tuhan berikan saya fasilitas Undo, sehingga saya bisa kembali kemasa lalu dan memperbaiki semua permasalahan, tidak bezinah dengan Batsyeba, tidak menyebabkan kematian Uria dan tidak dihukum Tuhan melalui nabi Natan.Tapi Tuhan tidak pernah memberi Fasilitas UNDO dalam hidup kita. Tidak ada kesempatan untuk UNDO. Dan Daud pun menyadari itu, sehingga yang ia lakukan ialah bertobat dan menjalani semua malapetaka akibat perbuatannya. Daud tidak memutuskan untuk berhenti dan hidup dalam penyesalan.Saat Absalom mati, Daud berkabung dan menangis dengan suara nyaring (2 Sam 19:4), tapi Yoab panglima perangnya menegornya dan mengingatkannya untuk tidak menjatuhkan semangat pasukannya yang sudah berjuang untuk mengembalikan tahtanya. Maka bangunlah Daud dan duduk di pintu gerbang menghadapi rakyatnya. Dan Tuhan memimpin dia menghadapi dan memenangi banyak perkara sampai hari tuanya.

Saat terakhir saya bertemu lagi dengan teman saya tersebut, saya diingatkan kembali mengenai kasus piring pecah. Tuhan mengingatkan saya tentang suatu ilustrasi lain. Lalu saat dirumah saya mencoba mengambil sebuah piring dan membuatnya pecah menjadi dua kemudian saya menggunakan sebuah lem yang sangat kuat untuk menyambungnya. Berhasil memang, utuh tersambung, tapi bekas pecahannya dari satu sisi ke sisi yang lain tetap terlihat dengan jelas dan jelek sekali kelihatnnya. Ini toh yang dimaksud oleh teman saya, pikir saya dalam hati. Dia menjadi begitu terkejut saat saya datang dengan sebuah piring pecah yang sudah dilem. Dia sendiri sudah hampir lupa mengenai ilustrasi tersebut. Lalu saya bertanya apakah gunanya sebuah piring ? untuk makan bukan ? Piring yang pecah tidak bisa digunakan untuk makan, tetapi piring yang sudah diperbaiki bisa digunakan sesuai fungsinya. Tetapi dia tetap ngotot bahwa bekas pecahan akan tetap terlihat dan tidak nyaman. Lalu saya meletakan piring itu disisi dimana bekas pecahan itu menjadi segaris dan tidak terlihat. Lalu saya minta teman saya untuk memandang piring tersebut dengan sejajar. Apakah kamu bisa melihat bekas retakannya ? Tidak katanya. Tapi kalau saya angkat kembali kepala saya, bekas retakan itu tetap kelihatan, protesnya.

Tidak seperti dunia computer, tidak ada fasilitas undo dalam hidup ini. Saat suatu kesalahan kita lakukan, tidak ada hal yang bisa kita lakukanuntuk membatalkannya. Itu sudah terjadi, piring tersebut sudah retak. Tapi bukannya berarti kita harus terus hidup dalam kesalahan kita, bukanberarti kita harus terus terpaku dan meratap. KESALAHAN YANG TERJADI HARUS DIPERBAIKI. Yesus adalah jalan keluar kita untuk menyambung setiap pecahan piring yang telah kita buat retak. Dia adalah lem terbaik kita. Dia yang membuat piring kita bisa berfungsi kembali. TETAPI BEKAS RETAKANNYA MASIH TERLIHAT. Itu berarti kita tetap ingin melihat kesalahan yang sudah kita lakukan. Itu berarti kita tidak mencoba untuk melupakan kesalahan kita, kita tidak mencoba memaafkan diri kita sendiri. Saat Allah sudah mengampuni kita maka kita harus melangkah ke depan, bukan kembali memandangi kesalahan yang sudah kita lakukan. Kita sendiri juga harus memutuskan untuk tidak terjebak dalam kesalahan masa lalu kita, tetapi bersama Allah memperbaiki semua kesalahan2 yang kita perbuat.

Marilah, baiklah kita berperkara ! - firman Tuhan - Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. (Yesaya 1:18 )

Tentang Komunitas Sel


Hai,
Blog Komunitas Sel ini diciptakan untuk melengkapi website http://www.komunitassel.com/ yang sudah ada.
Di blogspot ini kita diajak untuk membagikan sharing satu sama lain tentang apa pengalaman hidup kita yang bisa saling membangun buat teman2 kita yang lain.
So Wellcome and God Bless You All